HALAMAN PENGESAHAN
Dengan ini saya selaku penulis karya
imilah sederhana ini yang berjudul “Pentingnya Imunisasi” mengesahkan karya ilmiah sederhana ini.
Bekasi,11 Maret 2014
Mengetahui,
Kepala
sekolah Guru Pembimbing
...................... .........................
Penulis
Nama Anda
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kehadirat Allah swt atas
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat
menyelesaikan karya ilmiah sederhana yang berjudul
“Pentingnya Imunisasi “
Dan
saya selaku penulis berterima kasih kepada
:
1. Guru pembimbing anda selaku guru pembimbing
2.
Orang tua saya
yang telah membantu, mengarahkan dan mendukung
saya dalam menyelesaikan karya ilmiah
sederhana ini.
3.
Dan kepada semua pihak
yang telah membantu
secara langsung maupun secara material
untuk menyelesaikan kaya ilmiah sederhana ini.
Semoga jasa dan
amal mereka semua
dibalas oleh Allah
swt, dan semoga karya ilmiah sederhana
ini bermanfaat bagi pembacanya
dan dapat di terapkan di kehidupan sehari-hari.
Bekasi,11Maret 2014
PENULIS
DAFTAR ISI
sepertinya anda harus menulis sendiri daftar isi ini karna ini dibuat manual.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap tahun lebih 1,4 juta
anak meninggal karena berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan
imunisasi. Beberapa penyakit
tersebut termasuk hepatitis B, tuberkulosis, meningitis yang disebabkan oleh
Haemophilus influenzae tipe B (Hib), diptheria, tetanus, polio dan campak. Anak
yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya
ini, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Semua anak punya hak untuk
mendapatkan perlindungan ini.Setiap anak,
baik perempuan maupun laki-laki wajib diberikan imunisasi secara lengkap.
Perlindungan awal sangat penting untuk dilakukan. Imunisasi yang diberikan pada
bayi usia kurang dari satu tahun merupakan hal yang sangat penting. Wanita
hamil perlu juga mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk melindungi
ibu dan bayi yang dikandungnya dari penyakit tetanus.
Meskipun telah diperoleh kemajuan dalam
pemberian imunisasi kepada anak, ternyata pada tahun 2008 terdapat hampir 24
juta anak – hampir 20% dari bayi lahir setiap tahunnya – di seluruh dunia yang
tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Orang tua atau pengasuh, perlu
mengetahui tentang beberapa hal termasuk pentingnya imunisasi, jadwal imunisasi
yang diwajibkan, serta di mana anak dapat memperoleh pelayanan imunisasi. Orang
tua atau pengasuh perlu mengetahui bahwa imunisasi aman untuk diberikan kepada
anak yang sedang sakit ringan, anak cacat atau kurang gizi. Anak yang menderita
penyakit kronik seperti HIV lebih mudah terkena kurang gizi. Tubuh mereka sulit
menyerap vitamin, zat besi dan berbagai zat gizi lainnya.
Anak yang menderita cacat mungkin
memerlukan perhatian khusus untuk mendapatkan gizi yang mereka butuhkan. Semua
anak perempuan dan laki-laki mempunyai hak mendapatkan perlindungan dan
perhatian. Oleh karena itu ibu, ayah atau pengasuh secara bersama memastikan
bahwa anak mereka mendapatkan makanan yang baik dengan memberi menu yang sehat.
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) telah dilaksanakan berturut-turut, yaitu tahun
1995, 1996, 1997, 2002 yang dengan berhasil mencapai cakupan 100% target
sekitar 20 juta balita pada tiap PIN. Pada hari PIN tersebut telah diimunisasi
sebanyak 22 juta anak balita di seluruh Indonesia. Ini merupakan prestasi dan
sumbangan pembangunan kesehatan terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia, yang belum banyak dicapai oleh negara lain di Asia.
Namun kurangnya kesadaran ibu di masa
modern ini menjadikan banyak bayi-bayi di dunia tidak di imunisasi dan pada
akhiranya meraka menderita panyakit yang seharusnya bisa di cegah dengan di
imunisasi.
B. Rumusan Masalah
setelah
secara umum di paparkan apa yang melatar belakangi masalah ini, rumusan masalah
untuk pentingnya imunisasi adalah sebagai berikut :
1) Apa
itu imunisasi ?
2) Kapan
waktu yang baik untuk imunisasi?
3) penyakit
apa saja yang dapat di cegah dengan imunisasi ?
4) Apa
itu vaksin?
5) Mengapa
demam bias terjadi pada anak-anak setelah di vaksin ?
6) Imunisasi
untuk siapa saja ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan karya imilah ini adalah :
1) Untuk
menyampaikan informasi tentang imunisasi bagi pembaca.
2) Sebagai
tugas akhir, dalam pendidikan di SMP Negeri 34 Bekasi juga menjadi salah satu
syarat kelulusan.
BAB
II
ISI
A. Pembahasan
1.
Pengertian Imunisasi
Imunisasi
adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah
atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi
biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi
harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang
sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
2. Waktu Tepat untuk
Imunisasi
Riset
secara spesifik menyarankan agar para orangtua mengimunisasi anaknya setelah
pukul 13.30.
KOMPAS.com
- Banyak orangtua terpaksa harus begadang semalaman tanpa istirahat karena sang
bayi mengalami demam setelah mendapat imunisasi pertamanya. Ternyata, studi
terakhir menyebutkan bahwa hal ini dapat dicegah apabila para orangtua membawa
anaknya ke dokter pada waktu yang tepat.
Riset
yang dimuat pada jurnal Pediatrics ini memaparkan, imunisasi akan bekerja lebih
baik apabila setelah disuntikkan para bayi itu tertidur dalam waktu lama. Dan
riset tersebut secara spesifik menyarankan agar para orangtua mengimunisasi
anaknya setelah pukul 13.30. Setelah imunisasi, bayi akan tidur dengan lebih
nyenyak, terlepas apakah orangtua memberikan obat penurun panas (acetaminophen)
atau tidak. Perubahan lama waktu tidur ini juga akan disertai dengan
meningkatnya suhu badan, yang memberi tanda bahwa vaksin sedang bekerja.
"Berdasarkan
dari apa yang kita telah ketahui tentang manfaat tidur dan sistem ketahanan
tubuh, para orangtua sebaiknya mencoba untuk membantu bayi-bayinya tidur lebih
nyenyak beberapa hari sebelum dan setelah imunisasi," kata Linda Franck,
perawat khusus anak dari University of California, San Francisco. Dan, membawa
bayi untuk menerima imunisasi pada saat yang tepat dapat mengurangi risiko
begadang semalaman bagi para orangtua.
3.Penyakit yang dapat
dicegah dengan IMUNISASI
Ø POLIO
Ø HEPATITIS
B
Ø TBC
(TUBERCULOSIS)
Ø DIFTERI
Ø PERTUSIS
Ø TETANUS
Ø CAMPAK
Ø INFLUENZA
Ø
DEMAM TIFOID
POLIO
Gejala
yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada
salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis
vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin
(kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara
dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar
diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya
diberikan setiap 4-6 minggu.
Pemberian
vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT.
Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian
imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang
waktu tidak kurang dari satu bulan
imunisasi
ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat
meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah
dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak
atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini
jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin
terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang
HEPATITIS B
Penyakit
hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko
secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga
medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas
laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
TBC (TUBERCULOSIS)
Penularan
penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan
udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ
tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening,
tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian
imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12
bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi
ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil,”
maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil.
Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan
sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG
diberikan, bayi tidak menderita demam.
DIFTERI
Penyakit
Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas
dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat
selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan
napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal
jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat
melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.
Pencegahan
paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis
sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan
satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek
samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan
kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas
PERTUSIS
Penyakit
Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah
penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis.
Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi
merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri
dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya
terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan
melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali
sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.
TETANUS
Penyakit
tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat
syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang
(dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung.
Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir.
Neonatal
tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak
bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.
Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang
sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu
antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga
dapat mencegah infeksi tersebut.
Infeksi
tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang
memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel
pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta
saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat
syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus
terjadi karena luka.
Baik
karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk
memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan
berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai,
padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria
tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala
yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua
minggu pertama kehidupan seorang bayi.
Walaupun
tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat
perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya
terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi
dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5
tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan
melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
CAMPAK
Campak
adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus
yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung
dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan
bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita
demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke
muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini
adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada
sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen
( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan
makanan yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan
paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian
Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi
terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia
anak sembilan bulan atau lebih
INFLUENZA
Influenza
adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza,
yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada
saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari
sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit
dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa
yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit
otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah.
Pada
Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa
hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang
tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia.
Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya
hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan
batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat.
Virus
influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan
sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang
menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila
penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung,
Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih
berat akibat influenza.
DEMAM TIFOID
Penyakit
Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang
masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik),
Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian
masuk kedalam darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan
selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati,
paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat
berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam
hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu
tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada
saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut
kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba.
Biasanya
sulit buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi
diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak
seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan
melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang
kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari
kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun
buah-buahan segar.
Mengkonsumsi
makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia terkena
infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan
vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam
Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini hampir
tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa
sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian.
4. vaksin
Dari
Wikipedia
Vaksin (dari kata vaccinia, penyebab infeksi
cacar sapi yang ketika diberikan kepada manusia, akan menimbulkan pengaruh
kekebalan terhadap cacar), adalah bahan antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah
atau mengurangi pengaruh infeksi organisme alami atau "liar."
Vaksin
dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin
mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap
serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga
membantu sistem kekebalan melawan sel-sel degeneratif maupun kanker.
Menumbuhkan kekebalan
Sistem
kekebalan mengenali partikel vaksin sebagai agen asing, menghancurkan dan
"mengingat"nya. Ketika di kemudian hari agen virulen menginfeksi
tubuh, sistem kekebalan telah siap:
·
Menetralkan bahannya sebelum bisa
memasuki sel; dan
·
Mengenali dan menghancurkan sel yang
telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak.
Kuman
yang dilemahkan digunakan untuk melawan tuberkulosis, rabies, dan cacar; kuman
yang telah mati digunakan untuk mengatasi kolera dan tifus; toksoid digunakan
untuk melawan difteri dan tetanus.
Meskipun
vaksin sejauh ini tidak virulen sebagaimana agen "sebenarnya,"
terkadang bisa menimbulkan efek samping, dan harus diperkuat dengan vaksinasi
ulang tiap beberapa tahun. Suatu cara mengatasi hal ini adalah dengan vaksinasi
DNA. DNA yang menyandi suatu bagian virus atau bakteri yang dapat dikenali
sistem kekebalan dimasukkan dan diekspresikan dalam sel manusia/hewan. Sel-sel
ini selanjutnya menghasilkan toksoid agen penginfeksi, tanpa pengaruh berbahaya
lainnya. Pada tahun 2003, vaksinasi DNA masih dalam percobaan, namun
menunjukkan hasil menjanjikan.
Pemberantasan penyakit
Berbagai
penyakit seperti polio telah dapat dikendalikan di negara-negara maju melalui
penggunaan vaksin secara massal (malah, cacar telah berhasil dimusnahkan,
sedangkan rubella dilaporkan telah musnah dari AS).
Sepanjang
mayoritas masyarakat telah diimunisasi, penyakit infeksi akan sulit mewabah.
Pengaruh ini disebut herd immunity. Beberapa kalangan, terutama yang melakukan
praktik pengobatan alternatif, menolak mengimunisasi dirinya atau keluarganya,
berdasarkan keyakinan bahwa efek samping vaksin merugikan mereka. Para
pendukung vaksinasi rutin mengatakan bahwa efek samping vaksin sangat jarang,
jika ada pun, jauh lebih kecil dibandingkan dengan akibat infeksi penyakit, dan
beranggapan bahwa hitungan untung/rugi haruslah berdasarkan keuntungan terhadap
kemanusiaan secara keseluruhan, bukan hanya keuntungan pribadi yang
diimunisasi. Resiko utama rubella, misalnya, adalah terhadap janin wanita
hamil, tapi resiko ini dapat secara efektif dikurangi dengan imunisasi
anak-anak agar tidak menular kepada wanita hamil.
5. Demam bias terjadi
setelah di vaksin
Itu
membuktikan vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh tengah bekerja. Namun, kita
pun tidak boleh menutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa
sangat berat, bahkan berujung kematian. Realita ini, menurut Departemen
Kesehatan RI disebut “Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi”(KIPI). Menurut Komite
Nasional Pengkajian dan Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian
sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
Imunisasi
adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak.Kebanyakan dari
imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap
penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak
menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa
sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam
jangka waktu panjang.
6.Imunisasi untuk Anak, Dewasa,dan Lansia
Imunisasi Anak
Pemberian
vaksin merupakan upaya preventif untuk mencegah beberapa penyakit infeksi berat
yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan, mencegah penyebaran penyakit,
sehingga suatu saat penyakit tersebut terbasmi.Imunisasi merupakan program yang
dijalankan hampir seluruh negara di dunia yang pola dan jadwal imunisasinya
disesuaikan dengan pola epidemiologis dan kemampuan pembiayaan program
masing-masing negara.
Sebelum
vaksin digunakan pada manusia, tahapan ilmiah harus dilalui untuk menjamin
keamanan dan efikasinya (dimulai dari uji pada binatang, manusia, kelompok
tertentu, ‘multi countries’). Vaksin yang beredar di Indonesia sudah tentu
setelah mendapat pengkajian ilmiah ulang yang mendalam, mencakup uji keamanan
dan manfaat dari Pemerintah, dalam hal ini Badan POM dan Departemen Kesehatan,
dan bila diperlukan, meminta masukan organisasi profesi terkait, misalnya IDAI
untuk vaksin yang akan diberikan kepada anak, atau organisasi profesi lainnya
sesuai indikasi (misalnya PAPDI, POGI).
Keputusan
akhir tentang dapat atau tidaknya satu vaksin beredar berada pada pemerintah
(Badan POM) dan bukan pada organisasi profesi termasuk IDAI. Keberadaan dan
peredaran vaksin di Indonesia berdasarkan ijin Badan POM. Oleh karena itu,
tidak mungkin vaksin dapat beredar tanpa ijin BPOM.Vaksin setelah berada di
pasaran masih dipantau kelompok independent (Komnas dan Komda KIPI, diketuai
dokter spesialis anak di setiap propinsi) yang bertanggung jawab kepada Menteri
Kesehatan.
Ikatan
Dokter Anak Indonesia memasukkan suatu vaksin ke dalam Rekomendasi Jadwal
Imunisasi IDAI apabila vaksin tersebut sudah mendapat ijin edar pemerintah dan
dilakukan kajian ilmiah oleh Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi IDAI. Jakarta, 25
Maret 2009 Dr. Badriul Hegar, Sp.A(K)
(Ketua Umum IDAI), Dr. Sudung O. Pardede, Sp.A(K) (Sekretaris Umum IDAI)
Imunisasi Dewasa
Pentingnya
Imunisasi pada Orang Dewasa
Ditulis
oleh DR dr Iris Renganis, SPPD-KAI, Satgas PB-PAPDI
Senin,
3 Januari 2011
Dalam
mencapai Indonesia sehat di tahun 2010, upaya pencegahan penyakit termasuk
imunisasi merupakan upaya penting. Manfaat imunisasi pada anak telah diyakini
dapat mencegah penularan berbagai penyakit infeksi. Pemerintah telah melaksanakan
program imunisasi anak di tingkat pelayanan primer. Namun demikian manfaat
imunisasi pada orang dewasa belum sepenuhnya diyakini petugas kesehatan apalagi
orang awam.
Padahal
American Society of Internal Medicine dalam pertemuan tahunannya di Atlanta,
Amerika Serikat menegaskan kembali bahwa imunisasi pada orang dewasa dapat
mencegah kematian seratus kali lipat akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
vaksin dibandingkan dengan anak. Jadi terdapat peluang besar untuk mencegah
kematian orang dewasa melalui imunisasi. Upaya menggiatkan imunisasi dewasa
perlu dimulai dengan meningkatkan kepedulian dan pemahaman petugas kesehatan
terhadap pentingnya pencegahan.
Tujuan
Tujuan
imunisasi atau vaksinasi adalah meningkatkan derajat imunitas, memberikan
proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen/toksin
tertentu dengan menggunakan preparat antigen (zat asing)
non-virulen/non-toksik. Antibodi (zat kekebalan) yang diproduksi imunisasi
harus efektif terutama terhadap mikroba (kuman) ekstraselular dan produknya.
Antibodi akan mencegah efek merusak sel dengan menetralisasi toksin kuman
(dipthteria, clostridium). Antibodi jenis IgA berperan pada permukaan mukosa,
mencegah virus/bakteri menempel pada mukosa (efek polio oral). Mengingat
respons imun baru timbul setelah beberapa minggu, imunisasi aktif biasanya
diberikan jauh sebelum pajanan dengan patogen. Pencegahan imunisasi merupakan
kemajuan besar dalam usaha imunoprofilaksis. Cacar yang merupakan penyakit yang
sangat ditakuti, berkat imunisasi masal, sekarang telah lenyap dari muka dunia
ini. Demikan pula dengan polio yang dewasa ini sudah banyak dillenyapkan di
banyak negara. Pierce dan Schaffner melaporkan, kurangnya perhatian imunisasi
pada usia dewasa disebabkan adanya keraguan masyarakat maupun petugas pelaksana
pelayanan kesehatan terhadap keamanan vaksinasi, ganti rugi yang tidak memadai
dan belum berkembangnya sistem imunisasi dewasa.
Sistem Imun dan
Imunisasi
Pertahanan
tubuh terhadap infeksi terdiri dari sistem imun alamiah atau nonspesifik yang
sudah ada dalam tubuh dan sistem imun didapat atau spesifik. Sistem imun
nonspesifik langsung bekerja bila ada ancaman benda asing/kuman dari luar tanpa
perlu pengenalan terlebih dahulu, sedangkan sistem imun spesifik baru bekerja
setelah tubuh terpajan dengan mikroorgansime kedua kali atau lebih. Sistem imun
nonspesifik terdiri dari faktor fisis
seperti kulit, selaput lendir, silia, batuk dan bersin, faktor larut yang
terdiri dari faktor biokimia seperti lisozim (keringat), sekresi sebaseus, asam
lambung, laktoferin dan asam neuraminik, faktor humoral seperti komplemen,
interferon dan CRP (C-reactive protein), sedangkan faktor selular seperti sel
fagosit (mono-dan polimorfonukliar), sel NK (Natural Killer), sel mast dan sel
basofil. Sistem imun spesifik terdiri dari faktor humoral seperti berbagai
antibodi yang diproduksi sel B dan faktor selular sel T yang terdiri dari
beberapa subset seperti sel Th (sel T penolong : sel Th1, sel Th2), sel Tc (sel
T pembunuh). Refleks batuk yang terganggu alkohol dan narkotika, kerusakan
mekanisme bersihan saluran napas karena rokok atau polusi udara merupakan
masalah sehari-hari yang banyak dijumpai dan harus dihadapi sistem imun. Gagal
ginjal atau hati, penggunaan obat steroid dan kencing manis (diabetes melitus)
dapat menurunkan mekanisme bersihan darah dan risiko infeksi lebih berat. Pada
infeksi HIV, mieloma multipel, limfoma terjadi produksi antibodi yang sangat
terganggu.
Imunisasi Lansia
Konsensus
Nasional Imunisasi untuk Usia Lanjut
Dibuat
oleh Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia pada tahun 2005
Program
imunisasi anak sudah sering digaungkan dalam masyarakat kita. Berbagai macam
iklan dan informasi disebarluaskan pemerintah dan instansi kesehatan berwenang
demi mensukseskan program tersebut. Imunisasi merupakan cara terbaik untuk
melindungi anak dari berbagai macam penyakit.
Namun
pernahkah Anda mendengar imunisasi yang diperuntukkan bagi usia lanjut? Mungkin
banyak yang belum pernah mendengar hal tersebut.Menurut Perserikatan
Bangsa-Bangsa, jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia akan terus meningkat
dan mencapai percepatan tertinggi di dunia (414%) dalam waktu 35 tahun
(1990-2025). Sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut
akan mencapai 25,5 juta jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut ini akan
diikuti meningkatnya jumlah pasien geriatri yang harus mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Pada
hakikatnya, geriatri adalah warga usia lanjut yang memiliki karakteristik
tertentu sehingga harus dibedakan dari mereka yang sekadar berusia lanjut namun
sehat. Karakteristik pertama pasien geriatri adalah multipatologi, yaitu pada
satu pasien terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik
degeneratif. Kedua adalah menurunnya daya cadangan fungsional, menyebabkan
pasien geriatri amat mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih. Ketiga, yaitu
berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik. Keempat adalah
terganggunya status fungsional pasien geriatri; status fungsional adalah
kemampuan seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Kelima adalah
kerapnya terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk.
Kelompok
usia lanjut sangat rentan terhadap berbagai kondisi akut akibat gangguan
kesehatan; di antaranya adalah infeksi saluran pernafasan yang merupakan
penyebab kematian tertinggi dan penyebab penurunan kualitas hidup yang paling
bermakna. Peningkatan kerentanan usia lanjut terhadap infeksi disebabkan antara
lain oleh penurunan fungsi kekebalan tubuh yang mengakibatkan respon pertahanan
tubuh terhadap infeksi menjadi rendah. Dampaknya meliputi masa rawat yang lebih
panjang, biaya rawat yang lebih besar serta komplikasi berat yang sering muncul
Infeksi
saluran nafas atas dan influenza sering berlanjut menjadi pneumonia pada pasien
berusia lanjut. Faktor penting lain adalah gejala dan tanda pneumonia pada
pasien geriatri sering tidak khas sehingga acap kali terjadi keterlambatan
diagnosis. Influenza dan pneumonia pada pasien geriatri juga sering menimbulkan
penurunan kualitas hidup. Faktor penting yang berperan terhadap munculnya
penyulit dan tingginya angka kematian adalah meningkatnya resistensi mikroba
terhadap antibiotik.
Perhimpunan
Gerontologi Medik Indonesia telah membuat Konsensus Nasional Imunisasi untuk
Usia Lanjut pada tahun 2005. Ada dua macam imunisasi yang disarankan bagi usia
lanjut. Kedua imunisasi tersebut influenza dan pneumonia.
1. Vaksinasi Influenza
Vaksinasi
ini ditujukan pada kelompok risiko tinggi seperti usia lanjut yang berusia ≥60
tahun, baik pada komunitas di panti werdha maupun penderita penyakit kronik.
Beberapa
manfaatnya meliputi manfaat medis dan ekonomis. Manfaat medis dapat dilihat
dari menurunnya kejadian penyulit influenza (pneumonia), menurunnya kejadian
rawat inap karena infeksi saluran napas dan penyakit lain terkait infeksi
saluran napas, serta menurunnya angka kematian usia lanjut yang masuk rumah
sakit akibat penyakit yang terkait dengan infeksi saluran napas. Manfaat
ekonomis dapat ditinjau dari penghematan biaya yang dikeluarkan untuk rawat
jalan maupun rawat inap. (Djauzi, 2004)
Sedangkan
risiko yang mungkin terjadi terdiri dari efek samping lokal pada <30%
meliputi nyeri setempat yang akan hilang dalam 2-3 hari tanpa pengobatan. Efek
samping sistemik yang mungkin muncul adalah demam, malaise/lemah, sakit kepala,
mialgia/nyeri otot, artralgia/nyeri sendi yang bisa timbul dalam 6-12 jam pasca
vaksinasi dan akan menghilang dalam 1-2 hari. Namun, sebaiknya vaksinasi tidak
diberikan pada mereka yang alergi telur, karena dapat terjadi reaksi
hipersensitivitas.
2. Vaksinasi Pneumonia
WHO
telah menetapkan bahwa vaksinasi pneumonia pada usia lanjut cukup efektif
terutama untuk melindungi usia lanjut sehat terhadap penyakit invasif
(pneumonia yang berpenyulit meningitis, septikemia dan pneumococcal pneumonia);
vaksinasi ini juga diutamakan pada kelompok usia lanjut sehat yang tinggal di
panti werdha.
Vaksinasi
dapat diberikan pada usia lanjut (≥60 tahun), sehat, terutama yang tinggal di
panti werdha. Sedangkan yang memerlukan vaksinasi ulangan hanyalah mereka yang
mengalami penurunan daya tahan tubuh (diabetes, gagal ginjal kronik, penyakit
hati kronik); usia lanjut dengan komorbiditas atau mereka yang saat divaksinasi
pertama kali berusia kurang dari 60 tahun.
Efek
samping vaksinasi pneumonia terdiri dari lokal (sekitar 20%-30%) dan sistemik
(<1%). Berdasarkan hasil pengamatan efek samping imunisasi pada usia lanjut
sehat: imunisasi ganda memang lebih besar kemungkinannya menimbulkan efek
samping lokal ringan dan demam yang tidak tinggi; namun kedua efek samping
tersebut ringan dan hilang tanpa pengobatan. Vaksinasi pneumonia tidak boleh
diberikan pada seseorang yang alergi terhadap komponen vaksin.
BAB
III
PENUTUP
A. kesimpulan
Imunisasi merupakan hal yang terpenting
dalam usaha melindungi kesehatananak anda. Imunisasi bekerja dengan cara merangsang
timbulmya kekebalan tubuhyang akan melindungi anak anda dari penyakit-penyakit
sebagai berikut: polio,campak, gondongan, campak Jerman, influenza, tetanus,
difteri dan pertusis (batuk rejan).Tanpa pemberian vaksin, jumlah kematian
anak-anak yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut meningkat dan banyak orang
yang mengalami komplikasi kronik setelah menderita penyakit tersebut.
Imunisasi bertujuan
untuk merangsang system imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik
sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit. (Musa, 1985). Walaupun
cakupan imunisasi tidak sama dengan 100% tetapisudah mencapai 70% maka
anal-anak yang tidak mendapatkan imunisasi pun akanterlindungi oleh adanya
suatu “herd immunity”.Berdasarkan hasil penelitian Ibrahim (1991), menyatakan
bahwa bilaimunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka
imunisasi dapatmenguragi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%.
Pengertian teratur dalam hal ini adalah teratur dalam mentaati jadwal dan
jumlah frekuensi imunisasi,sedangkan yang dimaksud imunisasi dasar lengkap
adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali, DPT 3 kali,
Polio 4 kali dan Campak 1 kali) padawaktu anak berusia kurang dari 11 bulan.
Imunisasi dasar yang tidak lengkap,maksimal hanya dapat memberikan perlindungan
25-40%. Sedangkan anak yangsama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat
kekebalannya lebih rendah lagi.
B.
Saran
Adapun penulis menyarankan :
1. Terutama
bagi para orang tua untuk mengimunisasi anak nya sesuai jadwal nya.
2. Dan
untuk posyandu untuk menginformasikan kepada para orang tua baru tentang
Imunisasi agar melakukannya kepada anak meraka.
DAFTAR
PUSTAKA
Begitulah karya ilmiah saya pada saat saya mengerjakan tugas akhir sekolah sewaktu SMP semoga bermanfaat.
Online Casino in Asia - Keradangpintar
BalasHapusOnline Casino in Asia. Play kadangpintar slots, table games, and live casino games anytime, 메리트카지노 anywhere. Start 바카라 winning now!